Total Tayangan Halaman

Jumat, 17 Februari 2017

Kim Jong Nam Assassination

Hari ini, 17 Februari 2017 ada peristiwa menarik. Dimana, terjadi pembunuhan atas abang tiri dari Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yaitu Kim Jong Nam.

Pembunuhan ini terjadi di Bandara Kuala Lumpur Malaysia. Tepat setelah check in, ada dua orang wanita yang menghimpit dia dan menyemprotkan cairan racun dari arah belakang ke depannya. Hanya lima detik setelahnya, Kim Jong Nam menghembuskan nafas terakhirnya.

Menariknya, Kim Jong Nam ini merupakan pelarian yang diasingkan di negaranya sendiri, Korea Utara. Lima tahun dia mengasingkan diri dan sudah melalui beberapa kali percobaan pembunuhan yang disinyalir diperintahkan oleh sang adik tiri, Kim Jong Un.

Diketahui, Kim Jong Un membenci sang abang tiri dikarenakan pernah mengolok-olok pemerintahannya. Oleh karena itu, Kim Jong Un berusaha untuk membunuhnya. Hingga ada informasi bahwa Jong Nam pernah memohon kepada Jong Un agar dia dan keluarganya tidak dibunuh.

Dalam kasus ini, masih belum bisa dipastikan apakah pembunuhan ini memang salah satu rangkaian percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh Kim Jong Un dan badan intelejennya, atau ada variabel lain yang membuat Kim Jong Nam harus diracun.

Terakhir, pernyataan dari salah satu anggota badan intelejen Korut pun menguatkan bahwa ini merupakan salah satu rangkaian percobaan pembunuhan yang direncanakan. Dimana para pembunuh seperti dua wanita yang disebut sebelumnya, adalah orang yang sengaja dibayar untuk membunuh Kim Jong Nam. (Salah satu wanitanya adalah Siti Aisyah, WNI asal Serang).

Ps: How Dare and How be Pathetic you Kim Jong Nam.
Rest In Peace Kim Jong Nam.

Selasa, 14 Februari 2017

Enough.

Pagi ini sudah bulat tekad, setengah mati meyakinkan diri.
Berangkat dengan penuh semangat, dan yakin akan tersenyum lagi.
Eeeh...apa mau dikata
Diri ini terlalu berlebihan
Luluh lantah semua kata sirna
Tak tahan melihat dirinya
Padahal sudah mantap aku melangkah
Nekat malah.

Diutarakan sudah, tetap saja tak berubah.
Sekali lagi, ini sudah suratanNya.
Ini sudah takdirNya.

Awalnya difikir mungkin bisa berjalan baik.
Berusaha melawan arus nasib dan melakukan yang terbaik.
Tetap saja, masih miris hati melihatnya.
Tak kuasa.

Sudahlah, berpuas saja dengan keadaan sekarang.
Dan coba nikmati yang akan datang.
Walau sakit...sekali dirasa.
Walau perih...sekali dirasa.
Toh percuma.
Dia tak akan paham.
Dia sudah jadi orang awam.

Bodohnya...
Masih saja mengemis perhatian.
Masih saja peduli dan kasihan.
Masih saja khawatir dan kepikiran.

Padahal...sebaliknya
Terlintas pun tidak.
Iba pun tidak.
Apalagi cemburu dan sayang.
Yang ada waktunya hanya terbuang.

Sudahlah...
Toh dia tak akan tahu rasanya.
Bagaimana menunggu
Bagaimana kesepian menghantu
Bagaimana rindu membelenggu
Bagaimana sakitnya mengaduh
Bagaimana perihnya dan hanya bisa termangu.

Dia tak pernah rasa.

Minggu, 12 Februari 2017

Aksi Damai 112

Mulai ramai datang berpuak-puak.
Dari berbagai penjuru semangat menyeruak.
Berkumpul jadi satu bersimpuh bersama.
Berharap Tuhan ampuni dosa.
Namun tetap saja, ada satu yang janggal.
Hingga sekarang masih saja mengganjal.

Apa esensi dan tujuan dari semuanya.
Apa makna dan hasil yang dirasa dari segalanya.
Toh, tak semua satu asa namun hanya berkumpul bersama.
Toh, tak semua satu rasa namun hanya gengsi saja.

Saya mungkin memang kaum awam, yang masih mengulik kulit dan ujung akar.
Saya mungkin memang kaum awam, yang masih ngempeng dengan mereka yang senang berkelakar.

Maka dari itu, ajarilah saya bagaimana Islam itu sebenarnya.
Maka dari itu, pertontonkanlah kepada saya prilaku muslim yang sejatinya.
Agar tergerak hati untuk ikut maju membela.
Agar tergerak hati untuk ikut menyeruakan lantang asmaNya.

*untuk mereka yang memprakarsai dan mengatasnamakan pejuang ulama dan Islam.

Senin, 30 Januari 2017

PASRAH

Intinya, sayang.
Dan kunci dari semuanya, percaya akan takdir Tuhan.
Walau sakit, Bismillah semua akan ada hikmahnya.
Lepasin.
Ikhlasin.
Akan baik baik kok.
Sabar.
Tegar.
Jangan buat diri terbeban.
Bismillah.
Jodoh.
Aamiin.

Senin, 23 Januari 2017

Almarhum

Terkunci rapat mulut walau kata memaksa keluar.
Membludak rasa.
Pasalnya, sakit berhimpit terus menerus tanpa menyerah.
Pun dikeluarkan, sudah tertebak hasilnya.
Dilema.
Memberontak, atau ikut arus.
Perih.
Di biarkan saja, namun tak kuasa tangis jua.
Oh Tuhan...
Hukuman macam apa ini...
Hamba yang bebal atau dia yang sudah mati rasa.

"GiveUp"




Rumah Ayah, 24 Januari 2017