Awal Mula
Nama saya Fairuz Nisrina, jurusan Akuntansi semester
6. Dalam tulisan ini saya akan menceritakan beberapa pengalaman, kisah seru
perjalanan dan cerita indah masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya. Semuanya
bermula dari sebuah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator
Kemaritiman (Kemenko maritim)
yaitu, Ekspedisi Nusantara Jaya atau disingkat ENJ.
Bulan Maret saya diajak oleh teman saya Rheza Khabil
Farozi untuk mengikuti kegiatan ini. Awalnya kami hanya berjumlah 10 orang yang
terdiri dari berbagai jurusan dan semester. Namun, pada pertengahan Mei kami
sepakat untuk menjadikan ENJ sebagai pengganti KKN dengan pertimbangan
banyaknya anggota ENJ yang berasal dari semester 6. Maka dari itu, mulailah
kami merekrut beberapa teman lainnya hingga bertambah anggota keseluruhan
sebanyak sembilan belas orang (15 orang peserta KKN dan 4 orang bukan peserta
KKN) dengan rincian:
- Rheza
Khabil Farozi, Jurusan Jurnalistik Semester 6 (Koordinator program)
- Mohammad Daniel Halim Badran, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam Semester 8
- Tafrichul Fuady Absa, Jurusan Aqidah dan Filsafat
Semester 6
- Abdul Aziz Hakim, Jurusan Dirasat Islamiyah
Semester 6
- Solihin, Jurusan Aqidah dan Filsafat Semester 6
- Ahmad Nabil Bintang, Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam Semester 6
- Gatra Rialdy Putra, Jurusan Manajemen Dakwah
Semester 6
- Andhika Ripwan, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam Semester 6
- Ahmad Fauzi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
islam Semester 6
- Aryo Prasojo, Jurusan Jurnalistik Semester 6
- Muhammad Zakki Nurdin, Jurusan Ekonomi Syariah
Semester 6
- Luthfi Ardiansyah, Jurusan Hukum Keluarga
Semester 4
- Khairan Abdul Mahmud, Jurusan Hukum Pidana Islam
Semester 4
- Ika Wahyuni, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Semester 6
- Rika Kamila, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Semester 6
- Khairina Annisa, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam Semester 6
- Amimatul Iklilah, Jurusan Jurnalistik Semester 6
- Nurlaila Hasna, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Semester 6
Banyak
sekali persiapan yang perlu kami siapkan sebelum berangkat. Langkah awal yang
dipersiapkan adalah penentuan lokasi tujuan, informasi mengenai daerah tujuan
dan keadaan di tempat yang akan kami tuju,
kemudian program apa saja yang akan dijalankan serta transportasi dan akomodasi
selama perjalanan hingga akhir perjalanan pulang.
Setelah
melakukan pencarian dan perdebatan, kami menentukan bahwa lokasi yang akan
dituju adalah wilayah Maluku tepatnya di Kota Tual, Desa Lebetawi. Selanjutnya,
kami mencari informasi terkait tempat tujuan dan menghubungi dinas serta pejabat
setempat untuk langkah pemberitahuan untuk menunjang kelancaran kegiatan kami
disana nantinya.
Akhirnya, setelah semua persiapan dirasa cukup pada
tanggal 24 Juli 2017 kami berangkat menuju Maluku melalui jalur laut dari
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perjalanan jalur laut ini ditempuh dalam
waktu enam hari dengan empat kali transit, yaitu di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya, Pelabuhan Anging Mamiri Makassar, Pelabuhan Bau Bau dan Pelabuhan
Kota Ambon.
Di Kapal Dobonsolo
Kapal
yang mengantar kami ke Ambon bernama Kapal Dobonsolo. Di dalam kapal ini kami
melalui masa-masa yang bisa dibilang sangat terkenang. Lima hari
terombang-ambing di atas kapal sebenarnya tidak banyak kegiatan yang dapat kami
lakukan, kami hanya bisa tidur, makan, bermain permainan di gawai kami dan
berkeliling kapal. Terkadang kami mengobrol dengan beberapa penumpang sembari
sosialisasi tentang kegiatan ekspedisi kami dan sempat sekali beberapa dari
kami mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan di mushola kapal. Kami saling
menghibur satu sama lain demi menghilangkan rasa penat dan bosan selama
perjalanan.
Bosan
memang karena rutinitas selama lima hari melulu berkutat pada itu saja. Bahkan
di hari ketiga saya mengalami mabuk laut. Kepala pening tidak karuan dan mual,
sehingga saya hanya dapat melakukan aktivitas dalam posisi di atas tempat
tidur. Rasanya ingin segera sampai atau malah pulang saja ke rumah. Untungnya,
teman-teman saya di ENJ ini begitu baik dan peduli sampai mabuk laut saya mulai
hilang di hari kelima ketika sampai di Pelabuhan Kota Ambon.
Kenangan Singkat di Ambon
Pada saat
perhentian di Ambon kami harus menunggu selama dua hari terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perjalanan kembali menuju Kota Tual. Hal ini dikarenakan kami
berganti kapal. Dari Ambon menuju Kota Tual itu sendiri membutuhkan waktu
selama sehari semalam.
Hari
pertama di Ambon kami habiskan dengan beristirahat dan berjalan ke beberapa spot sekitar tempat kami bermalam yaitu
di daerah Kebun Cengkeh. Spot yang
kami kunjungi seperti Masjid Raya Ambon (masjid tertua di Maluku),
pasar sekitar pelabuhan, Gong Perdamaian, Kantor Walikota Ambon, Kantor
Gubernur Maluku dan Lapangan Merdeka dimana terdapat ikon tulisan “Ambon
Manise”
Hari
terakhir kami diajak untuk mengunjungi pantai di daerah Morella. Pantai
tersebut biasa disebut Pantai Lubang Buaya, karena terdapat gua karang yang
berbentuk seperti mulut buaya. Akses menuju kesana tidak biasa dilalui oleh
angkutan umum, sehingga kami harus menyewa mobil. Perjalanan ditempuh dalam
waktu kurang lebih satu jam dengan disuguhi oleh pemandangan kota Ambon yang
indah.
Sesampainya
di Pantai saya pribadi agak terkejut karena dalam benak saya terpikir bahwa
pantai biasanya terdapat pasir di pesisirnya. Pantai di Morella ini berbeda,
karena tidak ada pasir pantai tetapi hanya sedikit karang dan akar tumbuhan di
pinggirnya. Namun, air lautnya begitu hijau dan pemandangan di sekitarnya
sangat asri. Bahkan pemandangan yang saya lihat di depan mata saya, biasanya
hanya dapat saya lihat di internet saja. Di situ saya tersadar betapa indahnya alam Indonesia dan
syukur saya panjatkan diberi kesempatan untuk melihatnya secara langsung.
Air laut
yang jernih kehijauan membuat beberapa ikan dan terumbu karang terihat jelas
ketika kami berenang dan menaiki perahu. Tak hanya itu, penduduk Morella yang
ramah juga membuat kami senang dan betah berlama-lama disana hingga tanpa sadar
matahari sudah tenggelam. Rasanya tidak cukup hanya berfoto sebentar dan
membuat video-video lucu. Semoga akan ada kesempatan di lain waktu untuk kembali
lagi ke Pantai Lubang Buaya, Morella.
Keesokan
siangnya, pukul sebelas siang kami sudah berada di pelabuhan menanti kapal.
Kapal Tidar namanya, kapal yang akan membawa kami menuju tempat tujuan yaitu
kota Tual. Pukul dua siang kami berangkat, dan diperkirakan akan sampai esok
pagi hari.
Pengalaman di kapal Tidar ini berbeda dengan kapal
Dobonsolo, hal ini dikarenakan kami tidak mendapat tempat tidur di dalam
ruangan. Sehingga kami harus membuat tempat tidur sendiri menggunakan alas
banner dan tidur menggunakan sleepingbag.
Bertambah seru lagi ketika tengah malam terjadi hujan. Alhasil beberapa orang
bangun bergantian menjaga untuk memastikan bahwa barang dan tas kami tidak
basah kuyup oleh hujan.
Ps: To be continue.......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar