Total Tayangan Halaman

Selasa, 15 Mei 2018

Pengabdian di Timur Indonesia



               
Awal Mula
Nama saya Fairuz Nisrina, jurusan Akuntansi semester 6. Dalam tulisan ini saya akan menceritakan beberapa pengalaman, kisah seru perjalanan dan cerita indah masa Kuliah Kerja Nyata (KKN) saya. Semuanya bermula dari sebuah program yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman (Kemenko maritim) yaitu, Ekspedisi Nusantara Jaya atau disingkat ENJ.
Bulan Maret saya diajak oleh teman saya Rheza Khabil Farozi untuk mengikuti kegiatan ini. Awalnya kami hanya berjumlah 10 orang yang terdiri dari berbagai jurusan dan semester. Namun, pada pertengahan Mei kami sepakat untuk menjadikan ENJ sebagai pengganti KKN dengan pertimbangan banyaknya anggota ENJ yang berasal dari semester 6. Maka dari itu, mulailah kami merekrut beberapa teman lainnya hingga bertambah anggota keseluruhan sebanyak sembilan belas orang (15 orang peserta KKN dan 4 orang bukan peserta KKN) dengan rincian:



  1.  Rheza Khabil Farozi, Jurusan Jurnalistik Semester 6 (Koordinator program)
  2. Mohammad Daniel Halim Badran, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Semester 8
  3. Tafrichul Fuady Absa, Jurusan Aqidah dan Filsafat Semester 6
  4. Abdul Aziz Hakim, Jurusan Dirasat Islamiyah Semester 6
  5. Solihin, Jurusan Aqidah dan Filsafat Semester 6
  6. Ahmad Nabil Bintang, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Semester 6
  7. Gatra Rialdy Putra, Jurusan Manajemen Dakwah Semester 6
  8. Andhika Ripwan, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 6
  9. Ahmad Fauzi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran islam Semester 6
  10. Aryo Prasojo, Jurusan Jurnalistik Semester 6
  11. Muhammad Zakki Nurdin, Jurusan Ekonomi Syariah Semester 6
  12. Luthfi Ardiansyah, Jurusan Hukum Keluarga Semester 4
  13. Khairan Abdul Mahmud, Jurusan Hukum Pidana Islam Semester 4
  14. Ika Wahyuni, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 6
  15. Rika Kamila, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 6
  16. Khairina Annisa, Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester 6
  17. Amimatul Iklilah, Jurusan Jurnalistik Semester 6
  18. Nurlaila Hasna, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Semester 6
Banyak sekali persiapan yang perlu kami siapkan sebelum berangkat. Langkah awal yang dipersiapkan adalah penentuan lokasi tujuan, informasi mengenai daerah tujuan dan keadaan di tempat yang akan kami tuju, kemudian program apa saja yang akan dijalankan serta transportasi dan akomodasi selama perjalanan hingga akhir perjalanan pulang.
Setelah melakukan pencarian dan perdebatan, kami menentukan bahwa lokasi yang akan dituju adalah wilayah Maluku tepatnya di Kota Tual, Desa Lebetawi. Selanjutnya, kami mencari informasi terkait tempat tujuan dan menghubungi dinas serta pejabat setempat untuk langkah pemberitahuan untuk menunjang kelancaran kegiatan kami disana nantinya.
Akhirnya, setelah semua persiapan dirasa cukup pada tanggal 24 Juli 2017 kami berangkat menuju Maluku melalui jalur laut dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perjalanan jalur laut ini ditempuh dalam waktu enam hari dengan empat kali transit, yaitu di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Anging Mamiri Makassar, Pelabuhan Bau Bau dan Pelabuhan Kota Ambon.

Di Kapal Dobonsolo



Kapal yang mengantar kami ke Ambon bernama Kapal Dobonsolo. Di dalam kapal ini kami melalui masa-masa yang bisa dibilang sangat terkenang. Lima hari terombang-ambing di atas kapal sebenarnya tidak banyak kegiatan yang dapat kami lakukan, kami hanya bisa tidur, makan, bermain permainan di gawai kami dan berkeliling kapal. Terkadang kami mengobrol dengan beberapa penumpang sembari sosialisasi tentang kegiatan ekspedisi kami dan sempat sekali beberapa dari kami mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan di mushola kapal. Kami saling menghibur satu sama lain demi menghilangkan rasa penat dan bosan selama perjalanan.

Bosan memang karena rutinitas selama lima hari melulu berkutat pada itu saja. Bahkan di hari ketiga saya mengalami mabuk laut. Kepala pening tidak karuan dan mual, sehingga saya hanya dapat melakukan aktivitas dalam posisi di atas tempat tidur. Rasanya ingin segera sampai atau malah pulang saja ke rumah. Untungnya, teman-teman saya di ENJ ini begitu baik dan peduli sampai mabuk laut saya mulai hilang di hari kelima ketika sampai di Pelabuhan Kota Ambon.

Kenangan Singkat di Ambon
Pada saat perhentian di Ambon kami harus menunggu selama dua hari terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan kembali menuju Kota Tual. Hal ini dikarenakan kami berganti kapal. Dari Ambon menuju Kota Tual itu sendiri membutuhkan waktu selama sehari semalam.
Hari pertama di Ambon kami habiskan dengan beristirahat dan berjalan ke beberapa spot sekitar tempat kami bermalam yaitu di daerah Kebun Cengkeh. Spot yang kami kunjungi seperti Masjid Raya Ambon (masjid tertua di Maluku), pasar sekitar pelabuhan, Gong Perdamaian, Kantor Walikota Ambon, Kantor Gubernur Maluku dan Lapangan Merdeka dimana terdapat ikon tulisan “Ambon Manise”


Hari terakhir kami diajak untuk mengunjungi pantai di daerah Morella. Pantai tersebut biasa disebut Pantai Lubang Buaya, karena terdapat gua karang yang berbentuk seperti mulut buaya. Akses menuju kesana tidak biasa dilalui oleh angkutan umum, sehingga kami harus menyewa mobil. Perjalanan ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam dengan disuguhi oleh pemandangan kota Ambon yang indah.
Sesampainya di Pantai saya pribadi agak terkejut karena dalam benak saya terpikir bahwa pantai biasanya terdapat pasir di pesisirnya. Pantai di Morella ini berbeda, karena tidak ada pasir pantai tetapi hanya sedikit karang dan akar tumbuhan di pinggirnya. Namun, air lautnya begitu hijau dan pemandangan di sekitarnya sangat asri. Bahkan pemandangan yang saya lihat di depan mata saya, biasanya hanya dapat saya lihat di internet saja. Di situ saya tersadar betapa indahnya alam Indonesia dan syukur saya panjatkan diberi kesempatan untuk melihatnya secara langsung.






Air laut yang jernih kehijauan membuat beberapa ikan dan terumbu karang terihat jelas ketika kami berenang dan menaiki perahu. Tak hanya itu, penduduk Morella yang ramah juga membuat kami senang dan betah berlama-lama disana hingga tanpa sadar matahari sudah tenggelam. Rasanya tidak cukup hanya berfoto sebentar dan membuat video-video lucu. Semoga akan ada kesempatan di lain waktu untuk kembali lagi ke Pantai Lubang Buaya, Morella.
Keesokan siangnya, pukul sebelas siang kami sudah berada di pelabuhan menanti kapal. Kapal Tidar namanya, kapal yang akan membawa kami menuju tempat tujuan yaitu kota Tual. Pukul dua siang kami berangkat, dan diperkirakan akan sampai esok pagi hari.



Pengalaman di kapal Tidar ini berbeda dengan kapal Dobonsolo, hal ini dikarenakan kami tidak mendapat tempat tidur di dalam ruangan. Sehingga kami harus membuat tempat tidur sendiri menggunakan alas banner dan tidur menggunakan sleepingbag. Bertambah seru lagi ketika tengah malam terjadi hujan. Alhasil beberapa orang bangun bergantian menjaga untuk memastikan bahwa barang dan tas kami tidak basah kuyup oleh hujan.

Ps: To be continue.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar