Total Tayangan Halaman

Minggu, 23 Oktober 2016

AUDIT SIKLUS PENGELUARAN DAN PEMBIAYAN (1)

PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO HUTANG USAHA

Hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan faktor yang yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya sangat rentan terhadap salah saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang lebih ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atauu kejadian. Alasannya adalah bahwa manajemen termotivasi untuk memanipulasi hutang, maka ia cenderung menetapkan hutang terlalu rendah agar dapat melaporkan posisi keuangan yang lebih menguntungkan.

1.    PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN

Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan saldo tersebut. Jadi, risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis, dan faktor – faktor risiko pendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor menggunakan metodologi yang diuraikan pada Bab 10 (Jilid 1) untuk menggabungkan penilaian risiko pengendalian yang tepat atas asersi kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi-asersi saldo akun hutang usaha.

Metodologi yang diuraikan pada Bab 11 (Jilid 1), meliputi matriks risiko audit, yang selanjutya digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima pada thap pengujian rincian. Tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat ilustratif dan akan, karenanya, bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien.

2.   PERENCANAAN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Ingat kembali bahwa tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiao asersi laporan keuangan yang signifikan dicapai dengan menguampulkan bukti dari pengujian substantif yang dirancang secara tepat, termasuk prosedur analitis dan pengujian rincian. Kerangka kerja umum untuk mengembangkan program audit atas pengujian substantif yang telah dijelaskan paa Bab 11 (Jilid 1) dan diilustrasikan pada Bab 14, ketika membahas piutang usaha, juga dapat digunakan dalam mrancang pengujian substantif untuk hutang usaha. Juga perlihatkan bahwa pengujian berganda diarahkan ke setiap tujuan audit atas saldo akun. Setiap pengujian itu akan dijelaskan berikut ini, termasuk komentar tentang bagaimana beberapa pengujian dapat disesuaikan berdasarkan tingkat risiko deteksi yang berlaku yang dapat diterima dan dicapai.

PROSEDUR AWAL

Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Pemahaman tentang signifikasi siklus pembelian dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting. Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan standar, dan seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian subtantif. Prosedur yang dilakukan untuk mendapatkan pemhaman tersebut telah dibahas sebelumnya di bab ini

Proses awal untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan mengunakan perangkat lunak audit tergenerelisasi dalam memeriksa akun buku besaruntuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah terutang pada tanggal neraca. Biasanya klienmempunyai daftar file voucher yang belum dibayar, buku pembantu utang usaha, atau file induk dalam bentuk elektronik. Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketepataan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang total dan dengan memverifikasi bahwa jumlahnya telah sesuai dengan saldo akun buku besar.

B.      PROSEDUR ANALITIS

Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun-akun kunci lainya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang yang abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan yang tidak diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dapat dilaporkan dalam laporan keuangan.

C.      PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI

Terdapat empat pengujian substantif atas rincian transaksi hutang usaha yang utama. Ingat kembali bahwa dalam melaksanakan pengujian tersebut, auditor terutama akan menitikberatkan pada pendeteksian kurang saji hutang yang dicatat serta hutang yang belum tercatat. Seberapa luas setiap pengujian itu dilakukan akan bervariasi menurut tingkat risiko deteksi spesifik yang dapat diterima untuk asersi-asersi terkait.
pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Menelusuri Hutang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung
Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjual,laporan penerimaan, dan pesananan pembeliaan. Pendebatannya akan ditelusuri ke dokumen trnsaksi pengeluaran kas, seperti buku penegeluaran cek, atau memo dari penjual menyangkutb retur pembelian dan pengurangan harga. Beberapa penelusuran mungkin telah dilakukan selama pekerjaan interm, yaitu sebagai bagian dari pengujian bertujuan ganda bersama dengan penelsuran dari dokumen sumber ke catatan akuntansi.

Luas penelusuran (vouching) ini berhubungan langsung dengan kesimpulan auditor mengenai risiko inhheren, risiko prosedur analitis, dan risiko pengedalian. Pengujian ini terutama akan menghasilkan bukti untuk tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan empat dari lima asersi, terkecuali asersi kelengkapan. Aplikabilitas dari pengujian ini terhadap asersi kelengkapan adalah terbatas karena pengujian ini tidak dapat mendeteksi hutang yang tidak pernah dicatatat

Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian Pengujian
Pengujian pisah batas pembelian (purchases cutff test) mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal tanggal laporan penerimaan ke ayat jurnal register voucher dan memvouching ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi pendukungnya. Pengujian ini biasanya mencakup periode antara lima sampai sepuluh hari bisnis sebelum dan sesudah tanggal neraca. Bukti yang diperoleh dari pengujian ini berkaitan dengan asersi eksistensi dan kelengkapan untuk hutang usaha

Dalam memeriksa dokumentasi sebagai bagian dari pengujian ini, pertimbangan khusus harus diberikan atas barang yang masih dalam perjalanan per tanggal neraca. Barang yang dikirimkan dengan syarat FOB shipping point harus dimasukkan dalam persediaan dan hutang usaha pembeli. Sebaliknya barang dalam perjalanan yang dikirim dengan syarat FOB Destination harus tetap diperlakukan sebagai persediaan penjual serta dikeluarkan dari persediaan dan hutang usaha pembeli  hingga barang tersebut tiba di departemen penerimaan pembeli.

Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas
Pisah batas yang tepat ats transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal neraca. Seperti dalam kasus pengujian pisah batas penerimaan kas, bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh melalui observasi langsung dan review atas dokumntasi internal. Apabila Auditor dapat menyajikan pada tanggal neraca, maka ia secara langsung dapat menyaksikan lembar cek terakhr yang ditarik klien. Penelusuran selanjutnya atas bukti ini ke catatan akuntansi akan dapat memverifikasi keakuratan pisah batas. Selain itu, auditor juga dapat menelusuri cek-cek yang dibayar dalam periode beberapa hari sebelum  dan sesudah tanggal neraca ke cek tersebut dicatat. Bukti yang diperoleh dari pengujiam ini juga berkaitan dengan asersi dan kelengkapan untuk hutang usaha.

Melakukan Pencairan Hutang yang Belum Tercatat
Pencairan hutang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur prosedur yang dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum dicatat di neraca. Dengan demikian, prosedur ini berkaitan dengan asersi kelengkapan untuk hutang usaha.

D.    PENGUJIAN RINCIAN SALDO

Dua pengujian yang termasuk dalam kategori ini adalah:

1.   Konfirmasi Hutang Usaha
Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada angapan yang dibuat mengenai konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena konfirmasi ini tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan pat ditemukan , dan bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usaha direkomendasikan apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo yang relative besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban. Seperti dalam kasus konfirmasi piutang usaha, auditor harus mengendalikan pembuatan dan pengiriman permintaan konfirmasi serta harus menerima jawaban langsung dari responden.

Apabila konfirmasi akan dilakukan maka akun dengan saldo nol atau kecil harus ada di antara pilihan untuk konfirmasi karena mungkin saldo itu mungkin ditetapkan terlalu rendah daripada dengan akun saldo yang besar . Selain itu konfirmasi juga kepada pemasok utama yang (1) telah digunakan pada tahun sebelumnya, tetapi tidak dalam tahun berjalan, dan (2) tidak mengirimkan laporan bulanan.Dalam mengkonfirmasi hutang usaha, auditor menghendaki agar kreditor menyebeutkan jumlah yang terutang karena jumlah itu akan direkonsiliasi dengan catatan klien. Perhatikan bahwa informasi juga diminta mengenai komitmen pembelian dari klien dan setiap jaminan atas hutang tersebut.

Pengujian ini dapat memberikan bukti untuk semua asersi hutang usaha. Akan tetapi, bukti yang tersedia untuk asersi kelengkapan bersifat terbatas karena adanya kemungkinan kegagalan dalam mengidentifikasi dan mengirim permintaan konfirmasi kepada pemasok yang tidak mencatat kewajiban klien

2.  Merekonsiliasi Hutang yang Belum Dikonfirmasi dengan Laporan Pemasok

Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan bulanan yang bisa dijumpai dalam file klien. Dalam kasus ini, jumlah yang terutang kepada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk asersi yang sama seperti konfirmasi tetapi kurang dapat diandalkan karena laporan pemasok telah dikirimkan pada klien, dan bukan langsung kepada auditor. Selain itu, laporan ini mungkin tidak tersedia dari pemasok tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar