Terima kasih untuk waktunya, walau terburu.
Sial memang, dipertemukan nasib tak sesuai harapan.
Sekalinya bahagia diajak jalan, tetap saja sakit berujung.
Ditegur benar kali ini rupanya.
Balas senyuman, tak ada rasa. Balas obrolan pun tak akan puas.
Serba salah kita.
Bagaimanapun nasib, tabah saja kita.
Toh hanya kita yang tau bagaimana roda hidup kita berjalan setiap harinya.
Walau diabai, semoga kita bisa kuat.
Ada jarak memang antara aku dan nasib itu, tapi kamu harus berurusan langsung dengan nasib.
Aduhaai malang benar kita.
Rupa rupanya jika ditulis dengan pena, dan dibumbu narasi zaman, sudahlah pasti cerita kita jadi best seller.
Namun, apa mau dikata yah.Orang bijak bilang "Yang berlalu biarlah berlalu. Kemarin adalah pelajaran, esok adalah misteri, dan sekarang haruslah kita jalani".
Lucu memang jika berkaca ke belakang.
Yah beginilah ada bil, perlu merubah diri mungkin.
Berpisah ku tak sanggup, walau engkau mungkin tidak.
Meninggalkan pun sakit dirasa, bagai disayat tapi tak berdarah.
Berusaha mati, tapi jantung tetap berdetak.
Huufftt....entah sampai kapan kita.
Berkejar dan berumpat main kucing-kucingan dengan nasib.
Kita buktikan pada nasib, bahwa kita memang tulus dan ikhlas adanya akan perasaan.
"Kalo kamu sayang dia, tinggalkan dia, jgn gangguin terus"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar